Tiga tahun setelah menyelesaikan gelar Sarjana di bidang Agrometeorologi di Institut Pertanian Bogor, Akhmad Faqih langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral di Australia. Pada tahun 2006, ia memulai program PhD di bidang Klimatologi di University of Southern Queensland (UniSQ). Jalan Faqih untuk belajar di Australia dimulai ketika ia mengambil bagian dalam proyek Scientific Capacity Building/Enhancement for Sustainable Development in Developing Countries (CAPaBLE), yang didanai oleh Asia-Pacific Network for Global Change Research (APN). Faqih diundang untuk mengunjungi UniSQ, yang juga berlokasi di Toowoomba. Pada tahun 2005, Faqih mengajukan permohonan beasiswa Endeavour International Postgraduate Research Scholarship (IPRS) dan berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. "Pada saat itu, saya langsung masuk ke program PhD, dengan dorongan dan dukungan dari Profesor Ribbe dan Profesor Meinke (dari CAPaBLE), yang kemudian menjadi supervisor saya," tambahnya. Mengembangkan Pemikiran Kritis Meskipun ini adalah pertama kalinya Faqih menempuh studi jangka panjang di luar negeri, Faqih merasa tidak ada tantangan yang berarti dalam beradaptasi dengan kehidupan sebagai mahasiswa PhD di Australia. Satu hal yang paling membekas di benak Faqih saat memulai program PhD adalah pesan dari supervisornya yang terus mendorongnya untuk berpikir kritis dan tidak mudah putus asa. Faqih berkesempatan untuk menghadiri beberapa konferensi internasional di bidang meteorologi yang diselenggarakan di Beijing, Melbourne, dan Adelaide, berkat dukungan dana dari Australian Research Council (ARC). "Saya bahkan mengikuti kursus pelatihan tentang cara menjalankan Global Climate Model Mk 3.5 milik CSIRO dan diberi akses ke superkomputer mereka di University of Tasmania (UTAS)," ujarnya. Di tengah-tengah masa studinya, pada tahun 2008, Faqih juga terlibat dalam proyek yang dipimpin oleh Profesor Rizaldi untuk mengembangkan Fire Risk System (FRS). Sistem ini bertujuan untuk memberikan prakiraan iklim, prediksi curah hujan, dan proyeksi risiko kebakaran hingga enam bulan ke depan. Data yang dihasilkan oleh FRS sekarang dapat diakses oleh publik melalui http://www.kebakaranhutan.or.id. Membangun Masyarakat yang Berketahanan Iklim Ketika masih menyelesaikan studi doktoralnya, Faqih terlibat dalam Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim di Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) di IPB. Salah satu proyek besar pertama yang dikerjakan Faqih adalah dengan Asian Development Bank (ADB). Penelitian ini menganalisis dampak ekonomi dari perubahan iklim di negara-negara Kepulauan Pasifik. "Saya fokus pada analisis dan pemodelan iklim untuk mendukung prediksi musim dan proyeksi jangka panjang. Kami mengembangkan sebuah alat yang disebut Koreksi Bias Statistik untuk Skenario Iklim (SiBiaS) untuk membantu para ahli iklim di Indonesia melakukan proyeksi iklim secara lebih efektif," katanya. Pada tahun 2020, Faqih secara aktif terlibat dalam proyek Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC), yang dipimpin oleh United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG ASPAC). Sebagai bagian dari proyek ini, ia memberikan pelatihan tentang penggunaan SiBiaS kepada sepuluh kota percontohan terpilih di Indonesia. Faqih terus berkolaborasi secara berkala dengan para akademisi di Australia. Baru-baru ini, pada tahun 2023, Faqih berkolaborasi dengan Profesor John McCarthy dari Crawford School of Public Policy di Australian National University (ANU) yang melakukan penelitian tentang kerentanan dan perubahan iklim di Kabupaten Flores Timur dan Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Menghadapi Tantangan Klimatologi Indonesia Tahun ini, Faqih banyak terlibat dalam memberikan kontribusi pada Komunikasi Nasional Keempat Indonesia, yang akan diajukan ke Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2026. Sebelumnya, beliau menjadi penulis utama untuk Komunikasi Nasional Ketiga Indonesia pada tahun 2017 dan Komunikasi Nasional Kedua pada tahun 2010. Beliau juga mendukung Komunikasi Nasional Awal Timor Leste pada tahun 2014. "Keterampilan yang saya peroleh dalam pemodelan iklim selama studi di Australia telah memainkan peran penting dalam membantu saya mempersiapkan laporan yang kami kirimkan ke UNFCCC," jelas Faqih.
10 Oktober 2025
Making Climate Science Accessible: Akhmad Faqih Strives to Raise Public Awareness
Bagikan artikel ini di:
Artikel Terkait
Kembali ke atas