Ketika Farah Christina Noya menerima Beasiswa Australia Awards pada tahun 2010, ia bekerja sebagai dokter yang ditunjuk oleh pemerintah di Kepulauan Aru yang terpencil. Meskipun rencananya adalah untuk belajar Manajemen Pelayanan Kesehatan di University of Western Australia (UWA), ia ditawari posisi di Fakultas Kedokteran yang baru saja didirikan di Universitas Pattimura (Unpatti), yang tidak memiliki staf pengajar yang memenuhi syarat di bidang pendidikan kedokteran, ia pun mengalihkan fokus akademisnya ke bidang Pendidikan Kedokteran. Membangun Yayasan: Studi Magister dan Penelitian Farah mendaftar di program master yang fleksibel di UWA. Tesisnya adalah tinjauan sistematis terhadap praktik global dalam pelatihan keterampilan komunikasi dalam pendidikan kedokteran. Sekembalinya ke Indonesia, Farah menyadari adanya isu yang lebih luas: kurangnya jumlah dokter yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Ia menyadari bahwa meskipun ada perluasan sekolah kedokteran di Indonesia bagian timur, jumlah lulusan yang memilih untuk bekerja di daerah terpencil tetap rendah. "Saya menyadari bahwa desain kurikulum harus lebih dari sekadar mengajarkan keterampilan. Kurikulum harus menumbuhkan motivasi internal bagi para mahasiswa untuk melayani masyarakat yang kurang terlayani," ujarnya. Keprihatinan yang berkembang ini menjadi dasar bagi keputusannya untuk mengejar gelar PhD di UWA pada tahun 2018. Meneliti Komitmen Pedesaan: Gelar Doktor di bidang Akuntabilitas Sosial Penelitian doktoral Farah mengeksplorasi akuntabilitas sosial dalam pendidikan kedokteran. Dia meninjau strategi yang digunakan secara global untuk menarik dan mempertahankan dokter di daerah pedesaan, diikuti dengan studi yang berfokus pada Maluku. Data yang digunakan berasal dari lulusan Unpatti dan dokter yang bertugas di Maluku. Dengan dukungan dana dari Australia Awards dan divisi akademiknya, ia melakukan penelitian lapangan secara langsung dan online. Perjalanan PhD Farah juga dibentuk oleh kehidupan keluarganya. Dia mengejar studinya sambil membesarkan dua anak yang masih kecil dan melahirkan anak ketiganya selama program PhD-nya di Australia. "Menyeimbangkan tenggat waktu penelitian dan tuntutan keluarga sangatlah menantang. Lingkungan pendidikan di Australia, sistem dukungan yang mudah diakses dan layanan ramah anak, membantu saya untuk mengelola hal tersebut." Perjuangan Farah membuahkan hasil. Penelitiannya menghasilkan tujuh publikasi jurnal internasional Scopus Q1. Mendorong Perubahan di Luar Kampus Farah menghadapi hambatan dalam menerapkan penelitiannya di luar tingkat lokal. Ia berharap dapat memasukkan temuannya ke dalam kurikulum pendidikan kedokteran nasional, namun hal ini terbukti sulit. "Saya mengajukan diri untuk bergabung dengan tim peninjau kurikulum nasional, tetapi tidak terpilih," katanya. "Fakultas memiliki otonomi dalam merancang kurikulum. Hal ini dapat mendorong inovasi namun juga menyulitkan koordinasi. Pendekatan Australia menunjukkan kepada saya bagaimana kebijakan, kurikulum, dan pemberian layanan dapat berjalan bersamaan." Tak gentar, Farah terus mendorong agar akuntabilitas sosial secara resmi dimasukkan ke dalam standar nasional dengan memanfaatkan temuan penelitian dan pengalaman internasionalnya untuk mengadvokasi perubahan. Kolaborasi Global: Membangun Jaringan Dokter Pedesaan Pada tahun 2022, Farah mempresentasikan penelitian doktoralnya di sebuah konferensi internasional tentang kesetaraan kesehatan di Vancouver. Di sana, ia bertemu dengan Dr Richard Colbran, CEO Rural Doctors Network (RDN). Minat yang sama dalam mengatasi kesenjangan layanan kesehatan di daerah pedesaan berkembang menjadi kolaborasi yang berkelanjutan. Segera setelah itu, Farah diundang untuk berbicara di RDN's Rural Health Pro Seminar dan diperkenalkan dengan Dr Robyn Ramsden. Pembicaraan ini menjadi dasar bagi kemitraan formal antara Universitas Pattimura (Unpatti) dan RDN, yang dikukuhkan melalui Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. "Nota Kesepahaman ini mencerminkan komitmen bersama untuk meningkatkan layanan kesehatan di pedesaan, tidak hanya melalui penelitian, tetapi juga membangun sistem dan sumber daya manusia yang dapat memberikan dampak jangka panjang," ujar Farah. Pada tahun 2024, mereka meluncurkan inisiatif bersama pertama mereka di Kabupaten Buru, dengan fokus pada penguatan sistem kesehatan lokal dan pengembangan model rujukan yang disesuaikan untuk dokter pedesaan. Dr Ramsden bergabung dengan tim kerja lapangan di Maluku, bekerja sama dengan Farah dan rekan-rekannya di lapangan. Kemitraan ini terus berkembang. RDN dijadwalkan untuk ambil bagian dalam konferensi internasional Unpatti pada bulan Mei 2025, di mana Dr Colbran akan menyampaikan pidato utama. Farah dan kolaboratornya sedang bekerja untuk membentuk Jaringan Dokter Pedesaan Indonesia di Maluku, yang terinspirasi oleh model RDN. Inisiatif ini didorong oleh umpan balik yang konsisten dari para dokter di daerah terpencil, di mana banyak di antara mereka yang merasa terisolasi, kurang mendapat dukungan, dan kewalahan dengan kesenjangan infrastruktur.
10 Oktober 2025
Farah Christina Noya’s Mission to Improve Rural Healthcare in Indonesia
Bagikan artikel ini di:
Artikel Terkait
Kembali ke atas