Australia Awards in Indonesia

Australia Awards adalah beasiswa dan studi singkat bergengsi yang bersifat transformatif, diberikan kepada para pemimpin masa depan untuk menempuh studi, penelitian, dan pengembangan profesional di Australia

10 Oktober 2025

Wasisto Raharjo Jati: Becoming BRIN’s Most Productive Researcher in 2024

Secara keseluruhan, Wasisto Raharjo Jati menghasilkan sepuluh publikasi ilmiah sepanjang tahun 2024. Pencapaian ini membuatnya mendapatkan penghargaan Peneliti Paling Produktif, yang diberikan oleh Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Wasisto telah bekerja sebagai peneliti selama sebelas tahun, dengan fokus pada politik kelas menengah, gerakan politik, dan studi masyarakat sipil. Awalnya, menulis adalah cara Wasisto untuk mendapatkan uang saku tambahan, dengan mengirimkan artikel ke koran dan media cetak. Pada tahun 2014, ia bergabung dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lima tahun kemudian, pada tahun 2019, Wasisto berhasil mendapatkan beasiswa Australia Awards dan mendaftar di program Master of Political Science di Australian National University (ANU). Ia mengikuti ujian IELTS sebanyak tujuh kali untuk memenuhi syarat masuk. Dampak Hidup dalam Masyarakat Multikultural Selain universitas berkelas dunia, lingkungan multikultural juga menjadi faktor lain yang mendorong Wasisto untuk melanjutkan studinya di Australia. Salah satu topik penelitian yang ia teliti secara intensif adalah politik dalam Islam, dan ia percaya Australia menawarkan wawasan baru di bidang ini. "Australia memiliki banyak ahli yang berspesialisasi dalam studi Indonesia. Ada banyak data tentang Indonesia di seluruh kampus di Australia. Iklim kosmopolitan juga membentuk perspektif kami sebagai Muslim untuk menjadi lebih inklusif dan pluralistik di tengah berbagai perbedaan." Wasisto menjelaskan. Selama menempuh pendidikan di Australia, Wasisto mengakui bahwa awalnya ia menghadapi tantangan karena kendala bahasa. Ia sering menghabiskan waktu di kamarnya untuk memutar ulang rekaman kuliah agar dapat memahami apa yang disampaikan oleh para dosen. Di luar komitmen akademisnya, Wasisto aktif terlibat dalam kegiatan sukarela dan bergabung dengan organisasi seperti PPI Australia. Bagi Wasisto, salah satu momen yang paling berkesan selama masa studinya adalah hubungan dekat yang ia bangun dengan dosen pembimbingnya, Profesor Edward Aspinall di ANU. Meninggalkan Warisan Pengetahuan yang Tahan Lama Studi Wasisto di Australia tidak sepenuhnya berjalan mulus, karena terganggu oleh pandemi COVID-19. Pandemi ini memaksanya untuk merevisi total proposal penelitiannya, yang pada awalnya melibatkan penelitian lapangan di Indonesia untuk pengumpulan data. "Saat itu, saya merasa putus asa karena saya bertekad untuk menghasilkan tesis yang memungkinkan saya untuk melanjutkan ke jenjang PhD. Saya beruntung memiliki pembimbing yang sangat mendukung. Beliau memberikan saya data-data penelitian yang telah ia kumpulkan, yang kemudian saya kembangkan menjadi tesis," jelasnya. Penelitian Wasisto yang awalnya berfokus pada media sosial dan pengaruhnya terhadap perilaku politik anak muda, akhirnya bergeser ke arah analisis peran agama dalam politik Indonesia. Pada tahun 2024, Wasisto berhasil menerbitkan sebuah buku, Preferensi Politik Pemilih Muslim Indonesia Kontemporer, yang diadaptasi dari tesis S2-nya, yang mengeksplorasi bagaimana agama membentuk preferensi politik pemilih Muslim di Indonesia. Menjadi Peneliti Ilmu Politik dengan Metode Campuran Wasisto sekarang lebih condong ke arah analisis data kuantitatif dan sering menggunakan perangkat seperti Stata dan perangkat lunak statistik lainnya. Dia bersyukur atas kesempatan untuk mempelajari big data selama masa studinya di ANU. Lebih khusus lagi, daripada mengandalkan studi kasus atau wawancara mendalam, Wasisto sekarang melakukan banyak penelitiannya dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Ia percaya bahwa hal ini telah menjadi kekuatan tersendiri dalam karyanya dan telah membuka peluang untuk berkolaborasi dengan akademisi di luar Indonesia. Di luar pertumbuhan akademisnya, Wasisto juga menemukan bahwa pengalamannya berkorespondensi secara teratur melalui email dengan para dosen dan staf akademik di ANU memberinya kepercayaan diri. Sebagai contoh, ia menghubungi Profesor Ihsan Yilmaz, Ketua Studi Islam di Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalisation, Deakin University. Bersama-sama, mereka menerbitkan sebuah artikel berjudul "Mengevaluasi Kembali Pendekatan terhadap Moderasi Agama di Tingkat Akar Rumput: Peran Pemuda Muslim dalam Memajukan Dialog Antar Agama" di Al-Jāmi'ah: Jurnal Studi Islam pada tahun 2024. Wasisto juga bekerja sama dengan Profesor Yilmaz dalam artikel lain, "Meninjau Kembali Gerakan Kesalehan Perempuan dalam Konteks Indonesia," yang diterbitkan di Studia Islamika pada tahun 2024. Bagi Wasisto, pengalaman belajar di Australia tidak hanya membentuk karakter akademisnya, tetapi juga pandangan sosial dan moralnya, mengajarinya untuk menjadi lebih tangguh dalam mengatasi tantangan hidup. Ke depannya, Wasisto optimis dapat meraih gelar PhD dengan fokus penelitian pada perubahan iklim. "Isu-isu seperti perubahan iklim dan pajak karbon saat ini sedang banyak dibicarakan. Saya ingin mendalami isu-isu keberlanjutan lingkungan dari sudut pandang agama," jelasnya.

Bagikan artikel ini di:

Artikel Terkait


Kembali ke atas